Kamis 19 Agustus 2004, suasana di SA tampak berbeda dari hari biasanya. Hari itu anak-anak tampil seragam dengan busana daerah sesuai tema Kebudayaan Indonesia yang jadi tema pembelajaran di kelas mereka masing-masing.
Uniknya busana daerah itu tampak berbeda dengan busana daerah yang biasa kita lihat dikenakan anak-anak sekolah dalam karnaval tujuh-belasan. Busana daerah dan pernak-pernik yang digunakan oleh anak-anak di SA hari itu adalah kreasi mereka sendiri, dan banyak memanfaatkan barang bekas.
Kelas Luthfi (SD5) misalnya. Karena tema pembelajaran mereka adalah Sumatera Utara, maka mereka membuat ulos-ulosan sendiri dengan teknik paint brush. Mula-mula mereka membuat masking dari kertas dengan teknik lipat gunting sehingga terbentuk lubang-lubang motif (kirigami). Masking tersebut ditempelkan di atas sehelai kain seukuran selendang kecil, baru disemprot dengan cat poster. Selain ulos-ulosan mereka juga membuat penutup kepala dari koran bekas yang diwarnai dengan cat semprot. Kuning dan biru tua untuk anak laki-laki dan merah jambu untuk anak perempuan

SD 5 dengan busana Batak-nya

Topi dari koran, ulos buatan sendiri

"Ram-ba-di-a ram-ba mu-na da-i-to..."
SD3 Samudera tampil dengan busana Madura. Uniknya anak laki-laki mengenakan kaos oblong putih yang dicat garis-garis warna merah, sementara untuk baju luarnya dibuat dari kantung plastik sampah warna hitam. Tapi sepatunya tetap sepatu boot :)

SD3 Samudera dengan busana Madura-nya
Rompi yang dikenakan SD3 Benua juga dibuat dari kantong plastik warna merah.


SD3 Benua dengan busana Maluku
SD4 mengenakan busana Jawa Tengah, dan menampilkan drama berjudul Batman Nyasar di Jogja :)


SD4 dengan busana Jawa Tengah

SD6 dengan busana Betawi

TK A Kangguru dengan busana Jawa Barat


TK A Koala dengan busana Irian



TK B dengan Busana Bali, 'kain' kotak-kotak-nya kalo dipake duduk bisa sobek... karena dari kertas :)




Guru pun nggak mau kalah gaya...
Uniknya busana daerah itu tampak berbeda dengan busana daerah yang biasa kita lihat dikenakan anak-anak sekolah dalam karnaval tujuh-belasan. Busana daerah dan pernak-pernik yang digunakan oleh anak-anak di SA hari itu adalah kreasi mereka sendiri, dan banyak memanfaatkan barang bekas.
Kelas Luthfi (SD5) misalnya. Karena tema pembelajaran mereka adalah Sumatera Utara, maka mereka membuat ulos-ulosan sendiri dengan teknik paint brush. Mula-mula mereka membuat masking dari kertas dengan teknik lipat gunting sehingga terbentuk lubang-lubang motif (kirigami). Masking tersebut ditempelkan di atas sehelai kain seukuran selendang kecil, baru disemprot dengan cat poster. Selain ulos-ulosan mereka juga membuat penutup kepala dari koran bekas yang diwarnai dengan cat semprot. Kuning dan biru tua untuk anak laki-laki dan merah jambu untuk anak perempuan

SD 5 dengan busana Batak-nya

Topi dari koran, ulos buatan sendiri


"Ram-ba-di-a ram-ba mu-na da-i-to..."

SD3 Samudera tampil dengan busana Madura. Uniknya anak laki-laki mengenakan kaos oblong putih yang dicat garis-garis warna merah, sementara untuk baju luarnya dibuat dari kantung plastik sampah warna hitam. Tapi sepatunya tetap sepatu boot :)

SD3 Samudera dengan busana Madura-nya

Rompi yang dikenakan SD3 Benua juga dibuat dari kantong plastik warna merah.


SD3 Benua dengan busana Maluku

SD4 mengenakan busana Jawa Tengah, dan menampilkan drama berjudul Batman Nyasar di Jogja :)


SD4 dengan busana Jawa Tengah


SD6 dengan busana Betawi


TK A Kangguru dengan busana Jawa Barat



TK A Koala dengan busana Irian




TK B dengan Busana Bali, 'kain' kotak-kotak-nya kalo dipake duduk bisa sobek... karena dari kertas :)









Guru pun nggak mau kalah gaya...
No comments:
Post a Comment