December 18, 2004

Cerita Absensi

Jaman saya sekolah dulu, sejak TK sampai kuliah yang namanya absensi ya nggak jauh-jauh dari daftar nama yang disusun berurutan sesuai abjad depan nama murid... bentuknya bisa berupa buku atau selembar kertas.

Seingat saya sejak dari TK sampai SMA setiap pagi guru akan memeriksa hadir-tidaknya murid dengan membacakan nama-nama dalam daftar absensi tersebut satu per satu. Dan yang disebut namanya akan menjawab "Hadir, Bu!" ... "Ada, Pak!" atau sekedar mengacungkan jari atau tangan ke atas. Setelah kuliah pun masih ada dosen yang mengabsen dengan cara serupa, tapi ada juga yang hanya mengedarkan daftar absensi untuk ditandatangani. Untuk cara yang ke dua ini, tumbuhlah budaya titip tanda-tangan.

Baru setelah kerja saya mengenal absensi yang tidak berupa daftar nama. Mulai dari absensi gaya check Clock manual seperti Amano sampai yang computerized model gesek kartu magnetik seperti kartu kredit. Dan budaya titip tanda tangan pun berkembang jadi budaya titip absen.




Di Sekolah Alam, tiap kelas punya gaya absensi yang beda-beda. Setiap awal tahun ajaran, beberapa hari sebelum anak-anak masuk, guru kelas sibuk menyiapkan display kelas untuk menyambut kehadiran murid-muridnya, termasuk membuat daftar absensi yang unik dan kreatif. Bahan yang digunakan bisa macam-macam. Potongan sisa kertas warna-warni, stik es krim, jepit jemuran, gantungan kunci... dan sebagainya. Cara absensinya juga macam-macam. Ada yang dengan cara digeser, digantung, diselipkan... ada pula dengan cara mewarnai tanggal atau menuliskan jam kehadiran. Dan semua itu dilakukan sendiri oleh anak-anak. Guru di SA nggak perlu buang-buang waktu membacakan nama muridnya satu per satu setiap pagi. Dengan sekilas pandang ke display absensi guru bisa langsung tahu siapa yang hadir dan tidak.




Lebih menarik lagi, masing-masing absensi itu juga bisa berfungsi sebagai materi pembelajaran. Anak Pre-school misalnya, bisa sekaligus belajar tentang warna dan berlatih motorik halus dari kegiatan absensi ini.










Ada juga yang bisa sekaligus belajar tentang hari, tanggal dan bulan.




Dari daftar absensinya, anak kelas 6 bahkan bisa belajar tentang statistik (rata-rata datang jam berapa, siapa yang biasa datang paling pagi, siapa yang paling sering terlambat) dsb.




Dan karena setiap anak bisa melihat sendiri
record kehadiran maupun keterlambatannya,
serta membandingkannya dengan record teman sekelasnya...




... alih-alih menumbuhkan budaya titip absen,
alhamdulillah yang tumbuh subur di sini
justru budaya malu datang terlambat


October 14, 2004

Cerita Pawai Ramadhan


Subhanallah...
Kegairahan menyambut datangnya Ramadhan sangat terasa di Sekolah Alam. Sebulan sebelumnya kelas-kelas besar sudah mulai dibiasakan melakukan puasa sunnah tiap Senin atau Kamis. Sampai-sampai ada siswa SD-3 Benua yang menelpon ke rumah gurunya suatu malam. Kurang lebih begini isi percakapan telpon antara Iommi dan Bu Diah malam itu...

"Bu Diah, katanya kita mau latihan puasa..."
"O iya, ibu lupa..."
"Ya udah, aku telponin temen-temen sekarang,
biar besok pada puasa ya.."


Esok harinya Bu Diah pun minta maaf kepada murid-muridnya, terutama kepada beberapa anak terlihat sangat kecewa. Mereka hari itu tidak puasa karena tidak menerima telpon dari Iommi . Sementara yang lain dengan bangga bilang :
"Aku dong puasa..."



Dua hari menjelang Ramadhan (Rabu, 13/10/04).
Pagi itu suasana di SA dimeriahkan oleh anak-anak yang berbaris di lapangan samping masjid Al-'Alam (yang tampaknya belum bisa dijadikan tempat anak-anak SA beribadah di bulan Ramadhan ini), lengkap dengan poster-poster yang berisikan pesan-pesan Ramadhan. Mereka sedang bersiap-siap untuk melakukan Pawai Ramadhan.















Didampingi para guru, mereka kemudian berkeliling melewati jalan-jalan dan gang-gang kecil di tengah pemukiman penduduk yang ada di sekitar Sekolah Alam Ciganjur. Rutenya dibagi tiga. Kelas Besar (SD3-6) melalui rute terjauh, diikuti Kelas Kecil (SD1-2), kemudian rombongan anak Pre-School (PG & TK) kebagian rute terpendek.

Di bawah ini adalah suasana Pawai di rombongan Kelas Kecil
yang diambil oleh Bunda Yalti.


















Ah-lan wa sah-lan ya Ro-ma-dhon
sya-rof-ta ya syah-rul Qur'an
......



Itulah sepotong syair dari lagu
yang dinyanyikan anak-anak sepanjang jalan.



... dan sesekali diselingi yel-yel penuh semangat
Shaum! Shaum!
Puasa! Puasa!




... sambil tak lupa mengangkat tinggi-tinggi atau menggoyang-goyangkan poster yang mereka bawa.





Sementara adik-adiknya asik berpawai,
siswa-siswi SL-1 (Kelas 7) asik pula menyiapkan
Mading bertajuk Pernak Pernik Ramadhan.












Untuk lisan yang kadang tak terjaga,
janji-janji yang terabaikan,
hati yang berprasangka,
dan sikap-sikap yang menyakitkan...
mohon maaf lahir dan batin.

Selamat menunaikan ibadah
di bulan penuh rahmat dan ampunan ini,
semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
Amin.


dikutip dari sebuah pesan sms
yang saya terima menjelang Ramadhan dari seorang teman di SA