June 27, 2005

Cerita Bu Cache

Terkesan Bu Cache


Bu Cache, paling kanan,
berpose bersama beberapa guru - OTFA 2004 di Sukamantri


Di kelas 2 (dua), aku terkesan pada Bu Cache.
Baru beberapa bulan berinteraksi dengan Luthfi di kelas,
Bu Cache langsung bisa meng-identifikasi
bakat Luthfi dalam berbahasa.
Beliau menyarankan agar Luthfi dikursuskan bahasa Inggris.

Mulanya aku tidak terpikir sama sekali
untuk mengikutkan Luthfi kursus ini-itu.
Selain karena pulang sekolahnya saja sudah sore,
aku juga tidak mau membebaninya
dengan terlalu banyak kegiatan di luar sekolah
(selama ini kegiatannya hanya les berenang
tiap Sabtu pagi bersama sepupunya,
itu pun kupikir lebih merupakan rekreasi bagi dia).

Tetapi saat kusampaikan saran Bu Cache itu pada Luthfi,
ternyata dia mau kursus bahasa Inggris.
Walaupun resikonya ...
dia harus langsung ke tempat kursus dari sekolah,
karena jadual yang tersedia hanya sore hari.

Kadang kasihan aku melihatnya
saat tertidur dalam perjalanan dari sekolah ke tempat kursus
yang berjarak tempuh ± 30 menit itu.
“Capek Fi?”, tanyaku.
“He eh.... capek ‘sih, tapi nggak pa-pa.”
Hasilnya, dia berani ngobrol dengan ‘bule’
yang datang ke sekolahnya.
Dan yang pasti, Luthfi jadi lebih pede,
karena merasa punya kelebihan dan diakui kelebihannya
oleh teman-teman maupun guru-gurunya.

Terima kasih Bu Cache.



Bu Cache tetap menjalankan tugas di Pos P3K
OTFA 2004 Sukamantri
sambil 'menikmati' sakit yang sangat
akibat endometriosis yang sudah lama dideritanya


Bu Cache adalah salah satu
guru paling senior di SA Ciganjur.

Bu guru bertubuh mungil yang semasa kuliah di ITB
ternyata aktif sebagai pencinta alam ini,
adalah salah satu saksi sejarah perkembangan Sekolah Alam.
Bersama teman-teman di SA Ciganjur lainnya,
Bu Cache telah menikmati pahit-manis dan suka-duka
dalam memperjuangkan keberlangsungan sekolah ini
dari awal berdirinya di tahun 1998 hingga sekarang.

Mau tanya soal kurikulum Sekolah Alam?
Insya Allah, Bu Cache-lah orang yang paling tepat

untuk dijadikan tempat bertanya...
dan denger-denger kepiawaian Bu Cache ini diakui pula
oleh Lendo Novo, sang penggagas Sekolah Alam.



Kembali ke masalah Bahasa Inggris, alhamdulillah teman-teman sekelas Luthfi juga ikut termotivasi untuk lebih giat belajar Bahasa Inggris. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kerja keras Ms Mimi yang membuat belajar Bahasa Inggris jadi terasa fun & exciting buat anak-anak SA.Melalui berbagai activity & lomba Story Telling antar kelas, Ms Mimi yang dibantu Bunda Yalti berhasil mendorong anak-anak untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris.


Ms Mimi, ngobrol bareng guru-guru dari Inggris
Valerie, Andrew, dan Jim Harrison sang Inspector

Luthfi sendiri alhamdulillah tahun ini naik ke kelas 6 (enam). Sesuai saran gurunya juga, kursusnya sekarang pindah ke tempat yang ada native speaker-nya. Di tempat kursus yang lama, beberapa kali Luthfi loncat level dan sepertinya sudah kurang challenging buat dia. Saat ini di tempat kursusnya yang baru, di kelas nya, Luthfi yang termuda usianya, satu-satunya yang masih SD. Temannya rata-rata sudah SMP, bahkan ada yang SMU. Tapi menurut teacher-nya, Luthfi tetap pede dan jadi one of the best students di kelasnya. Alhamdulillah.



Luthfi sedang make speech di depan para undangan,
para ortu murid, dan teman-temanya
Open House SA - April 2005


Di sekolah, sebagai Presiden Siswa Luthfi sering diminta untuk make speech in English setiap ada kunjungan tamu atau dalam berbagai acara sekolah lainnya. Dan di Semester II saat kelas 5 (lima) kemarin, sekolahnya dikunjungi guru-guru dari Inggris. "Luthfi hebat sekali bahasa Inggrisnya ya, Bu" kata Pak Yudha gurunya. "Temen-temennya berani juga ngobrol tapi masih keliatan malu-malu... Dia sih nyerocos aja tuh ngobrol sama si Robert... dia cerita segala macem tentang sekolah, tentang ekspedisi Ujung Kulon ... nanyanya juga macem-macem", cerita Pak Yudha.


Pak Yudha, bersama Bunda Yalti foto bareng
Jim Harrison yang Senior Advisor di School Improvement &
Advisory Service Hertfordshire County Council
dan Pak Radith dari British Council

Dan aku jadi terharu, saat Pak Yudha bilang : "Tau gak Bu, Si Luthfi nanya apa sama Robert... Dia nanya: 'Is there any possibilities for me to visit your school in a student exchange program?' ... 'Of course there is. We can arrange that!' kata Robert."


Robert (Martinwoods Primary School, UK)
baris depan tengah, berkacamata.


Robert sempat belajar main angklung
dan didaulat ikut tampil bersama murid kelas 4
dalam acara Meet & Greet, UK Teachers - Indonesian School,
awal April 2005 di Sekolah Alam Ciganjur,
sebagai bagian dari program TIPD
(Teachers International Professional Development)
yang disponsori British Council.


Kenapa aku terharu? Karena Luthfi memang sudah berulangkali mengungkapkan keinginannya untuk ke luar negeri. Ada sedikit sesal, kenapa aku tidak pernah mengajaknya ikut waktu beberapa kali dapat tugas ke luar negeri saat kerja dulu.


Semoga ya, Nak...
dengan berbekal kemampuanmu berbahasa Inggris itu
suatu saat nanti akan terbuka peluang bagimu
untuk pergi ke mana saja kamu mau.
Amin.

1 comment:

Veranita Dwiputri said...

Febi: Amin..
Pak Danu : ma kasih masukannya, pic Luthfi sudah saya tambahkan