Tema pembelajaran di TKB Bintang, kelas Rafi,
awal semester ini adalah Wild Animal.
Hal itu saya ketahui dalam pertemuan kelas yang rutin dilakukan pada setiap awal semester, di mana guru memaparkan lesson plan satu semester, dan orang tua memberi berbagai masukan dan usulan untuk memaksimalkan capaian hasil pembelajaran anak.
Suatu hari dalam perjalanan pulang,
Rafi menyanyikan sebuah lagu berbahasa Inggris tentang binatang:
Brown bear, brown bear what do you see?
I see a funny monkey looking at me
Funny monkey, funny monkey what do you see?
I see a hungry tiger looking at me
Hungry tiger, hungry tiger what do you see?
I see a black snake looking at me
Black snake, black snake what do you see?
I see a little bird looking at me
Little bird, little bird what do you see?
I see a tall giraffe looking at me
... dst.
Lagu tersebut jadi makin panjang,
karena Rafi terus menambahkan dengan binatang-binatang lain ...
green lizzard, pink flamingo, big hippo, ... sampai scary t-rex :)
Besoknya, di rumah Rafi tiba-tiba nanya:
"Ma, wild itu artinya apa sih... Liar apa buas?"
Setelah saya jawab artinya liar, bukan buas, ...dia menyimpulkan:
"O.. jadi wild animal itu binatang liar, bukan binatang buas ya Ma..."
Nah lho...
Akhirnya saya jelaskan panjang lebar dengan memberi contoh,
bahwa binatang liar itu ada yang buas dan tidak buas.
Saya jelaskan juga bedanya binatang liar dengan binatang peliharaan.
Dan bahwa binatang peliharaan pun ada yang buas ada yang tidak.
Besoknya lagi, dia cerita : "Ma, di sekolah, kakak-kakak kelas paling banyak suka wild animal-nya lion dan crocodile." Setelah saya gali lebih jauh, ternyata hari itu dia dan teman-teman sekelasnya melakukan survey. Berbekal worksheet yang disediakan gurunya, berupa kertas dengan gambar-gambar binatang liar, Rafi dan teman-teman bertanya ke kakak-kakak kelas, binatang liar apa yang mereka sukai. Karena belum bisa menuliskan jawaban kakak-kakaknya, mereka cukup membuat tally di bawah gambar binatang yang dipilih sang kakak kelas.
Beberapa hari kemudian, dekat playground,
di bawah pohon kersen (cherry.. kalo kata anak-anak)
terpampang grafik besar hasil survey anak TK B.
Kakak-kakak dan adik-adik kelasnya pun bisa melihat hasil survey Rafi dan teman-temannya.
Tradisi ilmiah sejak dini,
...itulah yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di Sekolah Alam.
Memupuk rasa ingin tahu, mengembangkan daya pikir, ... mengamati, menganalisa, hingga mengambil kesimpulan dari hal-hal sederhana yang terjadi di sekitarnya, di kesehariannya. Dan hal ini sudah dilakukan bahkan sejak mereka duduk di bangku Pre School.
Kegiatan outing, atau kunjungan lapangan merupakan hal yang rutin di Sekolah Alam. Hampir setiap pekan ada saja kelas yang outing. Mulai dari yang dekat-dekat, seperti ke pasar tradisional, peternakan sapi, pabrik tahu, penggilingan beras, pembenihan ikan hias, museum transportasi, ke klinik gigi, ... untuk anak-anak pre school, ... sampai yang jauh dan perlu menginap seperti ke pulau pari, pulau pramuka atau ke anyer, untuk belajar tentang biota laut, ... ke pengalengan, ke kamojang untuk SD ... Bahkan sampai yang berupa ekspedisi seperti ke ujung kulon (permukaan bumi), ke Jogja (sejarah perjuangan kemerdekaan), ke medan (jejak budaya batak), ke Bali (permukaan bumi) untuk anak-anak SD kelas 5 ... dan keliling Jawa - Unravel History Travel (sejarah masuknya agama-agama) untuk anak SL.
awal semester ini adalah Wild Animal.
Hal itu saya ketahui dalam pertemuan kelas yang rutin dilakukan pada setiap awal semester, di mana guru memaparkan lesson plan satu semester, dan orang tua memberi berbagai masukan dan usulan untuk memaksimalkan capaian hasil pembelajaran anak.
Suatu hari dalam perjalanan pulang,
Rafi menyanyikan sebuah lagu berbahasa Inggris tentang binatang:
Brown bear, brown bear what do you see?
I see a funny monkey looking at me
Funny monkey, funny monkey what do you see?
I see a hungry tiger looking at me
Hungry tiger, hungry tiger what do you see?
I see a black snake looking at me
Black snake, black snake what do you see?
I see a little bird looking at me
Little bird, little bird what do you see?
I see a tall giraffe looking at me
... dst.
Lagu tersebut jadi makin panjang,
karena Rafi terus menambahkan dengan binatang-binatang lain ...
green lizzard, pink flamingo, big hippo, ... sampai scary t-rex :)
Besoknya, di rumah Rafi tiba-tiba nanya:
"Ma, wild itu artinya apa sih... Liar apa buas?"
Setelah saya jawab artinya liar, bukan buas, ...dia menyimpulkan:
"O.. jadi wild animal itu binatang liar, bukan binatang buas ya Ma..."
Nah lho...
Akhirnya saya jelaskan panjang lebar dengan memberi contoh,
bahwa binatang liar itu ada yang buas dan tidak buas.
Saya jelaskan juga bedanya binatang liar dengan binatang peliharaan.
Dan bahwa binatang peliharaan pun ada yang buas ada yang tidak.
Besoknya lagi, dia cerita : "Ma, di sekolah, kakak-kakak kelas paling banyak suka wild animal-nya lion dan crocodile." Setelah saya gali lebih jauh, ternyata hari itu dia dan teman-teman sekelasnya melakukan survey. Berbekal worksheet yang disediakan gurunya, berupa kertas dengan gambar-gambar binatang liar, Rafi dan teman-teman bertanya ke kakak-kakak kelas, binatang liar apa yang mereka sukai. Karena belum bisa menuliskan jawaban kakak-kakaknya, mereka cukup membuat tally di bawah gambar binatang yang dipilih sang kakak kelas.
Beberapa hari kemudian, dekat playground,
di bawah pohon kersen (cherry.. kalo kata anak-anak)
terpampang grafik besar hasil survey anak TK B.
Kakak-kakak dan adik-adik kelasnya pun bisa melihat hasil survey Rafi dan teman-temannya.
Tradisi ilmiah sejak dini,
...itulah yang ingin ditumbuhkan pada anak-anak di Sekolah Alam.
Memupuk rasa ingin tahu, mengembangkan daya pikir, ... mengamati, menganalisa, hingga mengambil kesimpulan dari hal-hal sederhana yang terjadi di sekitarnya, di kesehariannya. Dan hal ini sudah dilakukan bahkan sejak mereka duduk di bangku Pre School.
Kegiatan outing, atau kunjungan lapangan merupakan hal yang rutin di Sekolah Alam. Hampir setiap pekan ada saja kelas yang outing. Mulai dari yang dekat-dekat, seperti ke pasar tradisional, peternakan sapi, pabrik tahu, penggilingan beras, pembenihan ikan hias, museum transportasi, ke klinik gigi, ... untuk anak-anak pre school, ... sampai yang jauh dan perlu menginap seperti ke pulau pari, pulau pramuka atau ke anyer, untuk belajar tentang biota laut, ... ke pengalengan, ke kamojang untuk SD ... Bahkan sampai yang berupa ekspedisi seperti ke ujung kulon (permukaan bumi), ke Jogja (sejarah perjuangan kemerdekaan), ke medan (jejak budaya batak), ke Bali (permukaan bumi) untuk anak-anak SD kelas 5 ... dan keliling Jawa - Unravel History Travel (sejarah masuknya agama-agama) untuk anak SL.
Di Sekolah Alam, setiap siswa kelas 6 SD wajib membuat sebuah penelitian ilmiah dan menyusun laporan penelitian sebagai salah satu syarat kelulusan. Tugas penelitian ini diberikan pada semester ganjil, sebelum mereka sibuk mempersiapkan diri menghadapi ujian di semester genap. Seperti halnya mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir dengan bantuan dosen pembimbing, anak-anak di Sekolah Alam melakukan penelitian dibantu seorang guru pembimbing. Mulai dari dari memilih topik penelitian sesuai dengan subyek yang mereka minati, sampai membuat laporan hasil penelitian.
Hasil penelitian mereka kemudian dipresentasikan di depan teman-teman sekelas, kakak dan adik kelas, orang tua, serta guru-gurunya.Di bawah ini beberapa judul penelitian mereka, yang saya dapatkan dari dokumentasi Laporan Karya Ilmiah Siswa di perpustakaan Sekolah Alam dan beberapa materi presentasi yang mereka buat dalam bentuk PowerPoint. Umumnya pemaparan hasil penelitian mereka disampaikan dengan bahasa sederhana ... namun beberapa di antaranya ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris!
Hasil penelitian mereka kemudian dipresentasikan di depan teman-teman sekelas, kakak dan adik kelas, orang tua, serta guru-gurunya.Di bawah ini beberapa judul penelitian mereka, yang saya dapatkan dari dokumentasi Laporan Karya Ilmiah Siswa di perpustakaan Sekolah Alam dan beberapa materi presentasi yang mereka buat dalam bentuk PowerPoint. Umumnya pemaparan hasil penelitian mereka disampaikan dengan bahasa sederhana ... namun beberapa di antaranya ditulis dan dipresentasikan dalam bahasa Inggris!
dari daya serap tanah sampai kebiasaan main PS2...
dari doraemon sampai liga inggris...
Seorang teman dari dunia maya yang sekarang mengajar di negeri jiran, mempertanyakan Kemana Penelitian Anak Bangsa?
... saya pun jadi teringat tulisan Pak Anis Matta
... Sekolah semacam itu biasanya melahirkan anak-anak pintar, bukan pembelajar apalagi ilmuwan. Mereka mempunyai prestasi belajar yang baik. Tapi tidak memiliki tradisi ilmiah yang kokoh. Kalau kelak mereka mendapatkan gelar doctor, prestasinya pasti summa cum laude. Tapi disertasi doktornya mungkin merupakan karya ilmiahnya yang pertama dan terakhir. Secara intelektual mereka mengalami diskontinyu. Mereka mungkin menduduki banyak jabatan akademik yang terhormat. Tapi tidak akan pernah punya waktu dan perhatian untuk menggarap karya ilmiah yang monumental.
Dan saya jadi malu sendiri...
dulu saya pun melakukan penelitian hanya untuk bisa lulus dan dapat gelar sarjana :(
Semoga tradisi ilmiah yang coba ditumbuhkan sejak dini pada anak-anak Sekolah Alam oleh para gurunya, kelak bisa memunculkan generasi peneliti dan penemu dengan dorongan berkarya yang konstan seperti apa yang dikatakan Pak Anis Matta dalam uraiannya tentang beda tradisi ilmiah dengan prestasi belajar:
Ada beda yang teramat jauh antara tradisi ilmiah dan prestasi belajar. Prestasi belajar yang biasanya diukur secara kuantitatif melalui ujian, bukanlah indikator terbentuknya tradisi ilmiah. Tradisi ilmiah diukur melalui sikap seseorang terhadap pembelajaran, pengembangan intelektual berkesinambungan, penggunaan cara berpikir ilmiah dalam penyelesaian masalah, pembentukan keterampilan intelektual seperti bahasa oral dan tulisan, aktualisasi intelektual berkesinambungan, dorongan berkarya yang konstan.
Dan semoga hasil penelitian-penelitian mereka kelak tidak hanya menumpuk di perpustakaan kampus dan tidak terhenti hanya sampai di situ, tapi benar-benar bisa diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk kebaikan bangsa dan kemaslahatan seluruh ummat manusia. Amin.
Update :
Baca juga komentar-komentar terhadap cerita ini di multiply
Seorang teman dari dunia maya yang sekarang mengajar di negeri jiran, mempertanyakan Kemana Penelitian Anak Bangsa?
... saya pun jadi teringat tulisan Pak Anis Matta
... Sekolah semacam itu biasanya melahirkan anak-anak pintar, bukan pembelajar apalagi ilmuwan. Mereka mempunyai prestasi belajar yang baik. Tapi tidak memiliki tradisi ilmiah yang kokoh. Kalau kelak mereka mendapatkan gelar doctor, prestasinya pasti summa cum laude. Tapi disertasi doktornya mungkin merupakan karya ilmiahnya yang pertama dan terakhir. Secara intelektual mereka mengalami diskontinyu. Mereka mungkin menduduki banyak jabatan akademik yang terhormat. Tapi tidak akan pernah punya waktu dan perhatian untuk menggarap karya ilmiah yang monumental.
Dan saya jadi malu sendiri...
dulu saya pun melakukan penelitian hanya untuk bisa lulus dan dapat gelar sarjana :(
Semoga tradisi ilmiah yang coba ditumbuhkan sejak dini pada anak-anak Sekolah Alam oleh para gurunya, kelak bisa memunculkan generasi peneliti dan penemu dengan dorongan berkarya yang konstan seperti apa yang dikatakan Pak Anis Matta dalam uraiannya tentang beda tradisi ilmiah dengan prestasi belajar:
Ada beda yang teramat jauh antara tradisi ilmiah dan prestasi belajar. Prestasi belajar yang biasanya diukur secara kuantitatif melalui ujian, bukanlah indikator terbentuknya tradisi ilmiah. Tradisi ilmiah diukur melalui sikap seseorang terhadap pembelajaran, pengembangan intelektual berkesinambungan, penggunaan cara berpikir ilmiah dalam penyelesaian masalah, pembentukan keterampilan intelektual seperti bahasa oral dan tulisan, aktualisasi intelektual berkesinambungan, dorongan berkarya yang konstan.
Dan semoga hasil penelitian-penelitian mereka kelak tidak hanya menumpuk di perpustakaan kampus dan tidak terhenti hanya sampai di situ, tapi benar-benar bisa diaplikasikan dan dimanfaatkan untuk kebaikan bangsa dan kemaslahatan seluruh ummat manusia. Amin.
Update :
Baca juga komentar-komentar terhadap cerita ini di multiply