Money talks.
"Kencing pun bayar".
Itu adalah dua dari sekian banyak ungkapan
yang menggambarkan pentingnya uang dalam kehidupan kita.
Tapi pernahkah kita diajari bagaimana caranya menghasilkan uang selama belasan tahun kita sekolah? Tidak. Di benak kita cuma ditanamkan sekolah setinggi mungkin, jadi sarjana supaya mudah cari kerja dan dapat gaji yang besar.
Maka berlomba-lombalah kita mengejar nilai dan gelar.
Namun kemudian kita dihadapkan pada kenyataan bahwa IP tinggi dan gelar kesarjanaan semata bukan jaminan untuk sukses dalam hidup.
Kenyataannya banyak orang sukses yang justru tidak pernah menikmati bangku kuliah karena terpaksa kerja cari uang untuk membantu ekonomi keluarga. Mereka sukses karena mereka beruntung 'dipaksa' belajar hidup dari kehidupan itu sendiri.
Kebanyakan dari mereka justru jadi boss, sementara yang sarjana jadi kulinya. Kebanyakan dari mereka justru mampu bangkit dari krisis, sementara yang sarjana jadi pengangguran...
"Kencing pun bayar".
Itu adalah dua dari sekian banyak ungkapan
yang menggambarkan pentingnya uang dalam kehidupan kita.
Tapi pernahkah kita diajari bagaimana caranya menghasilkan uang selama belasan tahun kita sekolah? Tidak. Di benak kita cuma ditanamkan sekolah setinggi mungkin, jadi sarjana supaya mudah cari kerja dan dapat gaji yang besar.
Maka berlomba-lombalah kita mengejar nilai dan gelar.
Namun kemudian kita dihadapkan pada kenyataan bahwa IP tinggi dan gelar kesarjanaan semata bukan jaminan untuk sukses dalam hidup.
Kenyataannya banyak orang sukses yang justru tidak pernah menikmati bangku kuliah karena terpaksa kerja cari uang untuk membantu ekonomi keluarga. Mereka sukses karena mereka beruntung 'dipaksa' belajar hidup dari kehidupan itu sendiri.
Kebanyakan dari mereka justru jadi boss, sementara yang sarjana jadi kulinya. Kebanyakan dari mereka justru mampu bangkit dari krisis, sementara yang sarjana jadi pengangguran...
Life skill.
Itulah yang sebenarnya perlu diajarkan di sekolah.
Untunglah di Sekolah Alam hal ini bukan lagi sekedar gagasan. Dan Pak Anis Matta pun menyebut sekolah ini sebagai Sekolah Kehidupan.
Market Day adalah sebuah kegiatan rutin di Sekolah Alam.
Diselenggarakan satu kali tiap semester, dan bertujuan untuk menumbuhkan jiwa enterpreneurship anak-anak ... agar kelak mereka siap untuk mandiri secara finansial lebih dini. Tidak seperti generasi ayah ibunya, yang kadang sudah berkeluarga pun masih perlu dukungan finansial orangtua.
Dalam kegiatan Market Day, sesuai dengan tingkatan kelasnya, anak-anak Sekolah Alam secara aktif dilibatkan dalam keseluruhan proses perniagaan. Mulai dari mendiskusikan apa yang mau dijual, bagaimana mencari modalnya, bagaimana memproduksi, membuat display, promosi, transaksi, sampai perhitungan bagi hasil. Barang yang dijual bisa berupa hasil karya mereka yang terkait dengan tema pembelajaran di kelas masing-masing, makanan-minuman buatan orangtuanya, aneka games, sampai tiket pertunjukan seni.
Kelas Luthfi (SD5) memanfaatkan event Market Day kali ini untuk menggalang Dana untuk Ekspedisi ke Ujung Kulon. Akhir semester ini rencananya kelas mereka akan mengadakan outing ke Ujung Kulon untuk mempelajari bentuk-bentuk permukaan bumi.
"Pak, beli Pak... untuk isterinya,"
kata Luthfi yang kebagian menjual kalung dan bros keramik. Maka Pak Ari pun membelikan sebuah bros keramik untuk Bunda Yalti... :)
Dan, percaya tidak percaya, hari itu Luthfi dan teman-temannya berhasil mencapai omzet penjualan lebih dari 800 ribu rupiah dan meraih keuntungan 400 ribu rupiah lebih hanya dalam waktu 2 jam!
PG Semut dan Lebah berjualan es mambo
Cafe Home Sweet Home TK B
Orangtua ikut memborong dagangan anak-anaknya
dari kangkung segar... sampai keripik bayam
Kura-kura Brazilnya laris lho!
Batu pun bisa dijual di sini
"Beli Bu! ... Beli Pak! ...Cuma seribu kok... Ini enak lho... Murah lagi!"